pemandangan

pemandangan
Isin.doank@gmail.com

Jumat, 22 September 2023

Permintaan Terakhir

Minggu pagi aku dan anggota PMR lainnya berkumpul dilapangan sekolah untuk mengadakan latihan rutin. Ida salah seorang anggota PMR terlihat murung dan kurang bersemangat padahal dia biasanya paling semangat kalau latihan. 
"Istirahat aku harus bicara dengannya. Sebagai komandan sudah seharusnya berempati terhadap anggotanya. Aku harus tahu apa yang menyebabkan seorang Ida anak buahku bersikap tidak seperti biasanya". Dalam hati aku bergumam. 

Waktu istirahatpun tiba, aku menghampirinya.  "Da, kamu baik-baik aja kan?... Kamu beda deh hari ini, gak seperti biasanya...?". Tanyaku sama Ida.
Dia menghela napas lalu berkata: "Kang, kalau Ida punya satu permintaan dari Akang, apakah akan mengabulkannya? anggap saja ini permintaan terakhir Ida..." Tanya ida sambil menatap penuh harap. 
"ya Ampuun Da... Ko kamu ngomongnya gituh siih, kayak mo kemana aja..." jawabku santai sambil sedikit tertawa. 

Dia meraih tanganku dan meletakan diatas kepalanya. " Please...ya kang, ini serius... Berjanjilah akang akan mengabulkannya". Ida memintaku setengah memaksa.  "Aku..., Apa yang kau ingankan dari aku" tanyaku penasaran sambil menurunkan tangan dari atas kepalanya.

"Berjanjilah dulu.., baru aku kasih tahu permintaannya.  Ayolah kang..." jawab Ida setengah memaksa. "Oke...oke... Aku janji..." Jawabku meyakinkan Ida. 

"Jadikan Nisa sebagai kekasihmu kang...please ya..." Ida mengungkapkan permintaannya seraya memohon.

"Haaaah..." Jawabku sedikit melongo.
Mendengar nama Nisa sontak aku kaget. Seketika pikiranku mengembara teringat sebuah momen bersama Nisa saat tragedi bukit Dungus Dao. Masih terbayang saat dia menangis, memeluk dan meminta maaf , teringat kenangan saat jalan bareng pulang sekolah bersama Nisa. Dia gadis yang baik, ramah, supel, dan juga cantik. Akantetapi.....

"Kang....kang..." Panggil Ida sambil menepuk pundakku...
"Iya, iya,..." jawabku sambil mengangguk-ngangguk.

"Ingat ya kang, akang sudah berjanji loh, Ida bisa tenang sekarang" Ida menunduk terlihat matanya berkaca-kaca.

"Emangnya kenapa siih Da... ko kamu ke'nya maksa banget deh...?" tanya ku keheranan.

Ida menghela napas lalu menuturkan...   " Kang, Ida divonis menderita penyakit  x sama dokter, hidup Ida tidak akan lama lagi..., Ida mau kembali ke Riau ketempat kelahiran, bersekolah disana, mengabiskan sisa umur Ida disana..." Ida kembali menunduk sambil terisak namun tetap melanjutkan ceritanya. " Kang...Nisa itu satu-satunya temen baik Ida disekolah ini, bisa dibilang bestie nya Ida. Ida nitip Nisa ya Kang... dia orangnya baik, supel, dan pengertian. Dia sering curhat loh tentang akang. Apalagi setelah Nisa pulang bareng sama akang. Dikelas 11 heboh loh Nisa itu pacarnya akang. Please ya nitip Nisa... dan perlu akang tahu Nisa sangat berharap dari Akang...".

Jlegg....bagai disambar petir disiang bolong. Mendengar penuturan Ida rasanya dada ini sesak, rasa ga percaya dengan kenyataan kalau aku akan kehilangan sosok anggota sekaligus teman baik yang begitu dekat. Sulit membayangkan bagaimana perasaannya ketika hidupnya sudah divonis tidak akan lama lagi. Aku bisa merasakan kesedihannya, ingin rasanya aku menangis, tapi aku laki-laki, sebagai laki-laki aku dilarang menangis walaupun hati teriris.
"Da... aku yakin dokter telah salah mendiagnosa, kamu jangan percaya dokter. Kamu ga apaapa kan? kamu sehat, kamu kuat..." kataku memotivasi Ida.

"Sudahlah kang...akang gak perlu menghibur Ida..." vonis dokter memang benar, gejala-gejala yang dijelaskan dokter benar adanya. Ida pasrah... Ida sudah siap kok menjalaninya..." Ida menatap dengan tatapan yang pasrah sambil menyeka air dipelupuk matanya. 

"Da... maafkan aku ya, aku ikut prihatin dengan apa yang dialami Ida. Aku ikut sedih dan menyesal karena ga bisa berbuat apa-apa. maafkan aku ya Da...mungkin aku pernah berbuat salah sama Ida". Kataku kepada Ida.
" Enggak Kang, nggak ada yang perlu dimaafkan, terima kasih akang sudah begitu baik sama Ida. Ida cuma minta akang lakukan janji akang sama Ida" jawab Ida mengingatkan kembali janji aku.

" Baiklah Da aku janji..." jawabku sama Ida
Ya Tuhan berat sekali janji yang harus aku tepati..., aku harus gimana ? lagian belum tentu Nisa mau sama aku...". Gumamku didalam hati. 

<<<<Bersambung>>>>