pemandangan

pemandangan
Isin.doank@gmail.com

Sabtu, 04 September 2021

Diantar Malaikat

"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia mencukupinya" (Q.S. At-Talaq ayat 2-3).


Saat itu aku masih remaja, tepatnya kelas 1 SMU sekarang kelas x SMA. Pagi itu begitu cerah. Dengan wajah sumringah aku mencium tangan ibuku dan berpamitan berangkat ke sekolah. 

Walau tanpa uang jajan yang bisa ibu berikan. Hanya 1000 rupiah, cukuplah untuk ongkos PP naik angkot 03 Rancaekek-Cicalengka, atau naik ojek setengah perjalanan. Sedikitpun Aku tidak pernah mengeluh. Karna aku sadar betul, aku bukanlah dari keluarga yang berada. Hanya punya semangat untuk berjuang mencari ilmu, berharap kelak dapat merubah nasib lebih baik lagi.

Mungkin ada yang bertanya dimana ayahku? Pagi-pagi buta sekali, ayahku sudah pergi ke kota mencari nafkah keluarga. Pergi gelap pulang gelap. Aku hanya bisa bertemu ayahku hanya malam hari saja. itupun kalau aku belum tidur. 

Waktu menunjukkan pukul 06.00 wib. Aku harus bergegas berangkat ke sekolah. Sekolahku lumayan jauh. Dari rumah berjalan kaki 1 km ke jalan raya. Kemudian dilanjutkan naik angkot kurang lebih 10 km sampai alun-alun. Dari alun-alun jalan lagi lebih kurang 1 km lagi. Lumayan tiap hari joging 4 km, hehe...

Sebenarnya tidak mesti berjalan kaki. Saat itu ojek juga banyak. Namun uangku hanya cukup buat naik angkot saja. Bila ditambah naik ojek, untuk ongkos saja minimal Rp 3000. 

Pukul 06.30 WIB. aku masih di jalan raya padahal sekolah masuk pukul 07.00 WIB. Apalagi ini hari pertama ulangan umum semester 1, tidak boleh ada siswa yg terlambat. 

Ya Allah aku belum dapat angkot. Bukan tidak ada, tapi setiap kali lewat angkot itu sudah penuh sesak bahkan banyak yang bergelantungan di pintu angkot. 

Pukul 6.35 WIB. hati semakin galau karena tak kunjung mendapat angkot. Kalau saja perempuan, rasanya pingin nangis. Untung saja laki-laki pantang menangis. Hehe..

Sambil duduk ku tarik napas dalam-dalam. Ku buang perlahan, sedikit memejamkan mata. tak hentinya hati ini  beristigfar, menjerit dan berdoa ya Allah tolonglah hambamu ini ya Allah. Aku harus mengikuti ulangan umum ya Allah... Akan kah Engkau biarkan aku disini ya Allah...

Tiba-tiba saja terdengar bunyi klakson mobil tid, tid, tid.... 

Kutoleh dengan wajah bingung. Sebuah mobil carry berhenti tepat didepanku. 

" Dek... " Panggil sang supir. "iya pak" jawabku.  "Adek mau kemana?" Tanya sang supir.  "Saya mau kesekolah pak, lagi nunggu angkot" jawabku. "Sekolahnya dimana?" Tanya sang supir lagi. "Di Cicalengka pak" jawab ku lagi. "Ayo naik !" Seru sang supir sambil membukakan pintu depan.

Dengan wajah masih bingung, akupun akhirnya naik. Bagaiman tidak, orang itu sangat asing. Tidak seperti orang-orang sekitar sini. Namun karena waktu sudah pukul 6.40 WIB. Tidak ada pilihan lagi kecuali ikut orang itu. 

Kududuk di depan. "bluk" pintu depan kututup, mobil pun perlahan berjalan. Supir itu ternyata sendirian. Diperjalanan kitapun mengobrol, dan dari obrolan itu ternyata tujuan sang supir adalah kota Bandung. Rasa-rasanya kok gak wajar. Ia ngajak bareng padahal tidak searah walaupun ia sendirian. Tujuanku ke timur tujuannya ke barat. Begitu dalam pikiranku. "Ah sudahlah..." dalam hati ku bergumam. 

Pukul 7.55 sampailah di alun-alun Cicalengka. Kukira aku akan diturunin di situ tapi ternyata sang supir malah bertanya. "Dari sini ke arah mana dek, belok kiri atau kanan?"  " Saya turun disini aja pak"  " gak lah dek saya akan anterin ke sekolah" begitu kata sang supir. 

Akhirnya sampai juga carry itu di sekolah. Aku berkali-kali mengucapkan terima kasih, dan mau memberikan uang ongkos ke supir itu. Tapi supir itupun menolaknya. 

Aku bersalaman dan berpamitan. Carry itupun kembali berjalan, sesaat kemudian carrypun hilang dari pandangan. 

Bel sekolah berbunyi akupun bergegas masuk kelas. Walau masih ada bayang-bayang pertanyaan dalam hati ini. Siapa gerangan orang asing ini. Yang telah mengantarku ke sekolah. 

Sampai saat ini aku tidak tau siapa orang asing tersebut?

Bagiku ia bagai seorang malaikat yang memberikan air kala aku kehausan. 

Apa mungkin ia jelamaan malaikat? Entahlah hanya Allah yang tahu. 

Saat itu aku hanya bisa berkata : " terima kasih ya Allah..."

Engkau telah memberiku jalan keluar kala aku mengalami kesulitan. 

Benar saja apa yang disampaikan guru ngajiku saat itu tentang ayat yang dijuluki seribu dinar : 

"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia mencukupinya.(Q.S. At-Talaq ayat 2-3).

Sejak saat itu aku meyakini dan selalu mengamalkannya.

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi dan pelajaran bagi kita semua. Kita harus yakin sesungguhnya Allah bersama kita. 

"Innalloha ma'anaa..."














6 komentar:

  1. Siapakah dia? Hehe

    BalasHapus
  2. Cerita yg menyentuh. Allah tdk akan membiarkan seorang anak sholeh dalam kebingungan. Selalu ada jalan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bu. Terima kasih sudah berkunjung🙏

      Hapus
  3. Luar biasa bagus ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. diangkat dr kisah nyata🤭

      Hapus