pemandangan

pemandangan
Isin.doank@gmail.com

Minggu, 12 September 2021

Sang Penunggu

Sang Penunggu

Cerita ini bukanlah fiktif, diangkat dari kisah nyata pengalaman Penulis pada masa Putih Abu.  Di abadikan sebagai kenangan dan hiburan semata. Selamat membaca...!

Hari sudah senja. Isin dan kawan-kawan masih jauh dari perkemahan. Salah satu peserta putri tak sadarkan diri. Berbagai upaya dilakukan Isin dan kawan-kawan sebagai upaya P3K. Namun hasilnya nihil gadis itu masih tak sadarkan diri. 

Sesuatu diluar nalar pun terjadi. Sesosok bayangan hitam hampir saja mencelakai Isin  dan kawan-kawan. Beruntung Isin dan kawan-kawan berhasil lepas dari cengkeraman .

Gak mau berputus asa Isin dan kawan-kawan kembali mengevakuasi sang gadis ke perkampungan terdekat. Namun kali ini ia dibawa ke orang pintar berdasarkan petunjuk dari penduduk.

Berkat bantuan orang pintar paruh baya, akhirnya sang gadis berhasil di sadarkan. 

"Kek... maaf sudah merepotkan. Terima kasih sudah bersedia membantu kami. Semoga Tuhan memberikan balasan yang berlipat ganda bagi Kakek"  Kata Isin sambil mencium tangan sang kakek. 

"Tidak apa-apa nak, ini sudah tugas kakek.... Memangnya tadi dia kenapa?" Tanya Kakek sambil menunjuk sang gadis yang terbaring lemas. Di balik tirai ruang tengah.

Dengan terbata-bata Isin menceritakan kronologis kejadian kepada sang kakek. 

 " Begini Kek, saat kami mau berangkat keperkemahan. Kami menemukan gadis ini pingsan di batu besar bukit Dungus Dao. Kami berusaha menolongnya namun tidak berhasil bahkan hampir saja kami celaka..."

Sang kakek pun tertawa. "Ha, ha, ha..." Berani sekali kamu nak.... Dia bukanlah tandinganmu...." Kakek sambil menepuk pundak Isin. 

"Maksud Kakek dia itu siapa Kek?" tanya Isin keheranan. Sang kakek meng hela napas..., lalu menjawab, "sosok bayangan hitam itu nak...  Dia adalah penunggu bukit Dungus Dao."  Semua kaget, dan spontan berkata, "Apa...?" 

"Wiiih...Serrem...!" Atam bergidik.

Sang kakek lalu memejamkan mata. Menerawang menggunakan mata batinnya.  berdasarkan penerawangannya sang kakek bercerita.

"Dahulu tempat itu sangat indah... Namun saat masa pendudukan tempat itu menjadi lokasi pembantaian oleh para tentara Jepang. Banyak warga sini menjadi korban pembantaian di tempat itu. Batu besar itu penuh dengan darah. Di batu itulah bersemayam arwah-arwah penasaran para korban pembantaian" 

Mendengar cerita sang kakek semua terkaget-kaget, rasanya merinding, Bahkan bulu kuduk pun mulai berdiri, tak terkecuali Isin. 

Suasana menjadi hening...  

Semua orang fokus pada sang Kakek berharap si Kakek melanjutkan penerawangannya. Ada banyak pertanyaan di benak kepala Isin dan kawan- kawan. Mengapa para penduduk di bantai? Dan apa  alasannya arwah itu merasuki tubuh sang gadis? 

Saat sang Kakek akan melanjutkan penerawangannya, tiba-tiba... terdengar suara lirih dari balik tirai..."Kakak..!"

Mendengar suara lirih, isin menyela, " Kek, lanjutkan ceritanya ke teman-temen. Biar saya yang urus gadis itu." 

Isin segera menghampiri sang gadis, dan manyapanya."Iya dek... Adek udah baikan...?" Gadis itu mengangguk sambil menundukkan pandangannya. Pandangannya kosong, gemetar bibirnya. Matanya terlihat berkaca-kaca, bak ingin menangis dan berteriak.

"Adek dengarkan kakak..., kalau ingin menagis, menangis aja jangan di tahan,  adek gak usah malu... sebentar lagi adzan magrib dan selepas solat magrib kakak akan anter adek pulang kerumah. Adek mau kan?" 

Dengan penuh perhatian Isin membujuk sang gadis agar mau dipulangkan, Sambil membuka jaket yang dipakai dan memberikannya kepada sang gadis agar tidak kedinginan.

Gadis itu terdiam, kemudian menangis....


Bersambung ....














6 komentar:

  1. Wiiih, keren ceritanya. Paparannya sangat renyah dibaca. Lanjutkan yah..

    BalasHapus
  2. Sepertinya Isin pemuda yg baik... ditunggu kelanjutannya🤭

    BalasHapus
  3. Cerita nya serem tapi ditulis dengan renyah... Jadinya akuh penasaran bijimana kisah akhirnya. Pak Ihin memang lihai menulis ceritera.

    BalasHapus
  4. Anonim2:06 PM

    Wahh bagus pakk cerita nya👍💯

    BalasHapus